Jakarta (SI Online) - Sidang Itsbat yang digelar di Kementerian Agama jalan Thamrin, Senin (8/7) kemarin terlihat adem ayem saja tanpa disertai perdebatan yang memanas. Sebab Muhammadiyah sebagai satu-satunya ormas Islam yang jauh-jauh hari sudah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada Selasa (9/7) menolak untuk hadir meski diundang secara resmi. Akhirnya Menag Suryadharma Ali dengan dukungan ormas-ormas Islam lainnya memutuskan awal Ramadhan jatuh pada Rabu (10/7).
Dua ahli astronomi yakni Prof Dr Thomas Djamaluddin (LAPAN) dan Dr Cecep (Planetarium) kepada Suara Islam Online sudah menegaskan, kalau ada yang mengaku melihat bulan (hilal) pada Senin (8/7) ini jelas pengakuannya perlu diragukan. Sebab secara ilmu astronomi, jelas tidak mungkin hilal bisa dilihat dengan teklescope apalagi mata telanjang.
Jadi sesungguhnya perbedaan keduanya bukan pada metode hisab atau rukyat, tetapi pada kriteria dan batasannya berbeda, sehingga hasilnya juga berbeda. Muhammadiyah menggunakan wujudul hilal dan batasan ketinggian hilal minimal diatas 0 drajad, sedangkan pemerintah menggunakan imkanu rukyat dan batasannya ketinggian hilal minimal 2 derajat.
"Kalau ada yang mengaku melihat bulan jelas pengauannya perlu diragukan, sebab posisi ketinggian bulan hanya 0,5 derajat, padahal batasannya 2 derajat. Sehingga menurut perhitungan astronomi 1 Ramadhan jatuh hari Rabu (10/7) sehingga Syaban digenapkan menjadi 30 hari," ungkap Thomas Djamaluddin.
Sementara Cecep menegaskan, hilal terbenam terlebih dahulu dari matahari dan ketinggian hilal kurang dari 0,5 derajat. "Hilal mustahil untuk dilihat, sebab ketinggiannya kurang dari 0,5 derajat diatas ufuk dan cahaya matahari lebih kuat 25,5 juta kali cahaya bulan," ungkap Cecep.
Karena pemerintah melalui Menag sudah memutuskan 1 Ramadhan jatuh pada Rabu (10/7), maka diperkirakan 1 Syawal juga berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah. Diperkirakan Muhammadiyah akan memutuskan 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri) pada Kamis (8/8) dimana puasanya selama 30 hari sebab bulan Syaban versi Muhammadiyah hanya 29 hari.
Sedangkan pemerintah diperkirakan akan memutuskan 1 Syawal pada Jum'at (9/8) kalau puasanya 30 hari karena bulan Syaban versi pemerintah 30 hari. Tetapi kalau puasanya pemerintah hanya 29 hari, maka diperkirakan 1 Syawal akan sama dengan Muhammadyah yakni jatuh pada Kamis (8/8).
Dua ahli astronomi yakni Prof Dr Thomas Djamaluddin (LAPAN) dan Dr Cecep (Planetarium) kepada Suara Islam Online sudah menegaskan, kalau ada yang mengaku melihat bulan (hilal) pada Senin (8/7) ini jelas pengakuannya perlu diragukan. Sebab secara ilmu astronomi, jelas tidak mungkin hilal bisa dilihat dengan teklescope apalagi mata telanjang.
Jadi sesungguhnya perbedaan keduanya bukan pada metode hisab atau rukyat, tetapi pada kriteria dan batasannya berbeda, sehingga hasilnya juga berbeda. Muhammadiyah menggunakan wujudul hilal dan batasan ketinggian hilal minimal diatas 0 drajad, sedangkan pemerintah menggunakan imkanu rukyat dan batasannya ketinggian hilal minimal 2 derajat.
"Kalau ada yang mengaku melihat bulan jelas pengauannya perlu diragukan, sebab posisi ketinggian bulan hanya 0,5 derajat, padahal batasannya 2 derajat. Sehingga menurut perhitungan astronomi 1 Ramadhan jatuh hari Rabu (10/7) sehingga Syaban digenapkan menjadi 30 hari," ungkap Thomas Djamaluddin.
Sementara Cecep menegaskan, hilal terbenam terlebih dahulu dari matahari dan ketinggian hilal kurang dari 0,5 derajat. "Hilal mustahil untuk dilihat, sebab ketinggiannya kurang dari 0,5 derajat diatas ufuk dan cahaya matahari lebih kuat 25,5 juta kali cahaya bulan," ungkap Cecep.
Karena pemerintah melalui Menag sudah memutuskan 1 Ramadhan jatuh pada Rabu (10/7), maka diperkirakan 1 Syawal juga berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah. Diperkirakan Muhammadiyah akan memutuskan 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri) pada Kamis (8/8) dimana puasanya selama 30 hari sebab bulan Syaban versi Muhammadiyah hanya 29 hari.
Sedangkan pemerintah diperkirakan akan memutuskan 1 Syawal pada Jum'at (9/8) kalau puasanya 30 hari karena bulan Syaban versi pemerintah 30 hari. Tetapi kalau puasanya pemerintah hanya 29 hari, maka diperkirakan 1 Syawal akan sama dengan Muhammadyah yakni jatuh pada Kamis (8/8).
Rep: Abdul Halim
Powered by Telkomsel BlackBerry®