27 September 2010

Riba' dan Riya'


09.44 |

Hal yang paling diharamkan dalam Islam adalah riba (melebihkan harta tertentu seperti uang dan makanan). Terbukti Allah ta'la memberi izin untuk memerangi orang yang melanggar ketentuan ini, karena mereka sama dengan memusuhi Allah dan rasulNya. Begitu juga dengan perbuatan riya', karena riya' merupakan syirik terselubung, di mana pelakunya mengerjakan sesuatu karena ingin mendapat pujian dan nama baik, bukan karena Allah dan ikhlas kepadaNya.

 

Sedang tentang haramnya riba, seperti yang difirmankan Allah swt: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. ORang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati."

"Hair orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al baqarah: 275-278).

 

Kemudian Allah memperingatkan akan memberi hukuman bagi pemakan riba. Dia berfirman: "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (QS. Al baqarah: 279)

 

Di samping itu banyak juga hadits-hadits shahih dan masyhur yang menyatakan haramnya riba dengan berbagai macamnya. Di antaranya hadits Abu Hurairah tentang tujuh perkara yang merusak tadi. Juga hadits Ibn Mas'ud ra yang diriwayatkan Muslim, dia berkata: "Rasulullah saw melaknat pemakan dan pemberi riba." Lalu Tirmidzi menambahkan: "Saksi-saksinya dan penulisnya". Atau bahwa laknat –pengusiran jauh dari rahmat Allah— tidak terbatas pada pemakan atau pengambil riba saja, tapi laknat juga dikenakan bagi siapa saja yang terlibat dalam proses riba ini, seperti pemberi, dua orang saksi, dan penulisnya. Karena riba mengandung unsure pemerasan (eksploitasi) dan mengambil harta tanpa usaha dan resiko, sementara Islam merupakan sebuah system kerjasama yang mengandung kasih sayang, saling kerjasama dan hutang yang baik (qardh hasan).

 

Adapun tentang haramnya riya', sesuai dengan firman Allah swt: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al bayyinah: 5).

Juga firman Allah: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al baqarah: 264).

Dan firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. Annisa: 142)

 

Banyak hadits-hadits yang menyatakan haramnya berlaku riya', seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra, dia berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Allah ta'ala berkata: 'Aku adalah sekutu yang paling kaya dalam sebuah persekutuan (syarikat), maka barang siapa yang mengerjakan pekerjaan dan menyekutukan aku dengan yang lain selain aku, aku akan tinggalkan dia dan syarikatnya." Atau; 'Siapa yang bermaksud riya dan menginginkan popularitas dalam pekerjaannya, maka Allah akan merendahkan pahalanya, karena riya adalah syirik terselubung, dan syirik dapat menghapuskan pahala seluruh pekerjaan yang mengandungnya.'

 

Riya juga termasuk pekerjaan orang munafik, seperti yang diriwayatkan Al Bukhari dari Ibn Umar ra: "Bahwa orang-orang berkata kepadanya; 'kami bertamu ke tempat para shultan kami, dan kami katakan kepada mereka hal yang berbeda dengan apa yang kami bicarakan saat kami di luar'. Lalu Ibn Umar pun berkata: 'kami menggolongkan hal ini dengan kemunafikan pada zaman Rasulullah saw'." Hadits ini menunjukkan bahwa berpura-pura di depan para raja dan shultan termasuk ke dalam kemunafikan.

 

Orang-orang yang riya kelak akan dibongkar keburukan dan cacatrnya di depan seluruh manusia pada hari kiamat. Seperti yang diriwayatkan oleh Dua Syeikh (Bukhari dan Muslim) dari Jundub bin Abdullah bin Sufyan ra; bahwa dia berkata: "Rasulullah saw bersabda: 'Siapa yang mengerjakan sesuatu karena ingin mendapat nama baik, maka Allah akan membongkarnya, dan siapa yang riya, maka Allah akan membongkarnya juga." Atau siapa yang mengerjakan pekerjaan karena ingin dilihat manusia, maka Allah akan membongkar cacatnya hari kiamat, dan siapa yang menunjuk-nunjukkan pekerjaan salehnya untuk mendapatkan popularitas, maka Allah akan membongkar rahasianya di mata seluruh makhluk nanti pada hari kiamat. Ini merupakan peringatan bagi orang yang berbuat riya dan orang yang suka mengharap nama baik.

 

Pekerjaan apa saja atau ilmu apa saja yang bertujuan selain Allah akan menyebabkan pelakunya diharamkan masuk surga. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih dari Abu Hurairah ra, dia berkata: "Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang mempelajari ilmu bukan karena Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk kehormatan dan kenikmatan dunia, maka dia tidak akan mencicipi wanginya surga pada hari kiamat."

Di sini peringatan bagi orang yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu agama. Dan siapa yang mengambil agama untuk mendapatkan dunia  maka dia akan diharamkan mencicipi nikmatnya surga.

 

Hadits yang memperinci tentang macam-macam perbuatan riya diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Orang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid dan dia didatangi Allah serta diberitahukan kepdanya nikmatnya. Lalu Allah bertanya padanya: Apa saja yang telah kau lakukan di dunia? Dia menjawab: Aku berperang di jalanMu dan aku telah mati syahid. Lalu Allah berkata: Kau bohong! Karena kau berperang supaya dikatakan pemberani oleh orang-orang. Dan seperti itulah keadaannya, kemudian diperlihatkan kepadanya kebohongannya, lalu dia dilemparkan ke api neraka. Kemudian ada lagi orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya, membaca Alqur'an, dan saat didatangi dan dibacakan nikmatnya, Allah bertanya padanya: apa yang telah kau lakukan? Lalu dia berkata: aku belajar ilmu dan aku mengajarkannya, aku juga membaca Alqur'an di jalanmu. Lalu Allah berkata: kau bohong, kau belajar supaya dikatakan pintar oleh orang, dan kau baca Alqur'an supaya engkau dikatakan "Qari'" dan begitulah keadaannya. Kemudian diperlihatkan kepadanya kebohongannya, lalu dia dilemparkan ke api neraka. Ada lagi seorang laki-laki yang Allah luaskan rizkinya, dia juga memberikan sebagian hartanya. Diapun didatangi dan diberitahukan kepadanya nikmatnya. Lalu Allah berkata kepadanya: Apa yang telah kau lakukan dengan hartamu? Dia menjawab: aku tidak pernah membiarkan orang-orang ibnussabil yang perlu diberi nafkah kecuali aku berikan mereka nafkah demi Engkau, lalu Allah berkata: kau bohong! Kau melakukan hal ini supaya dikatakan "baik" dan itulah keadaannya. Kemudian diperlihatkan kepadanya kebohongannya, lalu dia dilemparkan ke api neraka."

Di sana ada yang menyangka bahwa itu sebuah pekerjaan dikatakan riya padahal itu bukan. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzar ra, dia berkata; "Rasuluh saw ditanya: 'Tidakkah engkau lihat seorang laki-laki yang mengerjakan pekerjaan yang baik dan manusia memujinya? Beliau menjawab: 'Itu adalah berita gembira Sebagai balasan) langsung bagi orang mukmin'." Atau seperti yang disebutkan dalam firman Allah: "Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS. Yunus: 64). (Taufik Munir)



You Might Also Like :


0 komentar: